Senin, 13 Juni 2011

BIPOLAR

Apakah gangguan bipolar itu? Menurut ahli dari Persatuan Penyakit Manis Depresif dan Mereka yang Terlibat (VMDB), Femie Lansink, gangguan bipolar atau manis depresif, adalah gangguan pada fungsi otak.

Gangguan ini menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada perasaan dan proses berfikir. Disebut bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manis (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresif.

Sedih Gembira Berganti-ganti

Seperti itu yang awalnya dirasakan Tarjum, seorang mantan penderita gangguan bipolar di Subang, Jawa Barat. Tarjum menderita gangguan bipolar selama kurang lebih lima tahun. Dia bisa merasa sedih seminggu, kemudian berganti dengan perasaan gembira berlebihan. Selain itu ada perasaan lain seperti cemas atau takut.
Menurut Tarjum, pemicu awalnya adalah kekecewaan mendalam sewaktu di sekolah menengah. Yang paling membebani adalah munculnya keyakinan-keyakinan aneh dan tak wajar yang sebelumnya belum pernah dirasakan. Keyakinan-keyakinan itu begitu kuat dan Tarjum sendiri sadar itu tidak wajar bahkan aneh, tapi dia tak kuasa menolak dan melepaskan diri darinya.

Seperti cerita yang bisa dibaca di e-book Tarjum:
... Suatu hari, saat aku sedang menyabit rumput di kebun, terasa ada cipratan air dari rumput itu ke tanganku. Lagi-lagi munculah keyakinan aneh itu, jangan-jangan air tadi, air liur atau air kencing anjing. Di sekitar tempat itu aku sama sekali tak melihat anjing berkeliaran, bahkan jejaknya pun tak terlihat. Tapi, lagi-lagi akal sehatku tak berkutik, tunduk pada keyakinan tak warasku. Aku dipaksa yakin bahwa cipratan air itu air liur atau air kencing anjing. Padahal bisa saja air itu cuma air embun yang mengendap misalnya. Dan seperti biasa, karena akal sehatku kalah, aku harus mencuci bekas cipratan air itu-yang entah air apa-sebanyak tujuh kali dicampur dengan tanah. Benar-benar gila bukan?!

Pengetahuan dari Membaca

Awalnya, karena tinggal di desa dan tidak punya akses ke psikiater atau psikolog, Tarjum rajin membaca-baca buku dan majalah untuk mencari tahu masalah kejiwaan yang dideritanya. Pada satu kesempatan dia bisa bertemu psikolog Sarlito Wirawan Sartono dan Tika Bisono, dan keduanya mengamini bahwa waktu itu Tarjum menderita gangguan bipolar.

Gejala-gejalanya

Dikutip dari e-book Tarjum soal pengalamannya yang berjudul Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah, berikut gejala yang dirasa jika episode depresi akan datang:

Gejala fisik :
- Kulit kepala seperti kering
- Rambut terasa keras seperti dijambak
- Kepala terasa pening
- Jantung berdebar-debar
- Tubuh terasa lelah, lemas dan kurang gairah
- Ngantuk seperti kurang tidur.

Gejala psikis :
- Perasaan tidak enak
- Diliputi rasa gelisah, cemas, bingung
- Jika melihat atau bertemu seseorang (ayah, ibu, atau saudara) ada rasa sedih tanpa alasan jelas.
- Kehilangan gairah dan semangat hidup
- Berpikir negatif tentang masa lalu dan masa depan
- Sensitif dan mudah tersinggung
- Dihantui mimpi-mimpi buruk saat tidur.

Tarjum bercerita, jika episode depresi datang, semua jadi buruk dan menakutkan, dirinya seperti masuk dunia lain yang berbeda dari dunia orang normal. Yang bisa dilakukan hanya menunggu datangnya episode mania.
Jika itu datang, semua tampak indah dan mempesona dan biasanya berlangsung 2- 3 minggu. Bukan berarti Tarjum senang, karena begitu fase mania berakhir, tidak lama kemudian, episode depresi sudah menghadang.
Penanganannya

Menurut Femie dari VMDB, penanganan sindrom bipolar bisa macam-macam. Yang utama dengan obat untuk mengendalikan suasana hati. Yang kedua dengan psikoedukasi, yaitu pelatihan untuk mendapat informasi lebih tentang penyakit tersebut dan penanganannya.
Sementara menurut pengalaman Tarjum, yang dirasa membantu penyembuhannya adalah kegiatan olahraga, terutama olahraga beregu. Selain itu sosialisasi dengan teman, hiburan, dan yang sangat membantu juga dukungan keluarga.
Terutama untuk curhat. Dalam hal ini terutama ayahnya, yang setia mendengarkan cerita-cerita Tarjum dan memberi nasihat sesuai pengalaman. Ini semua membantu, walaupun menurut Tarjum, ayahnya tidak mengerti apa itu psikologi dan ilmu-ilmu kejiwaan lainnya.
Bukan Aib

Di situs webnya Tarjum mengatakan ingin menjadi teman curhat siapa saja. Dirinya ingin berbagi pengalaman tentang gangguan bipolar. Dia minta supaya mereka yang menderita gangguan bipolar atau merasa punya gejala ini untuk tidak malu bercerita.
Karena penyakit ini bukan aib, kutukan atau kelemahan diri. Gangguan bipolar adalah sebuah penyakit, 'sama' dengan penyakit kanker, jantung atau yang lainnya, bisa menghinggapi siapa saja. Jadi tidak perlu malu, tapi segera cari bantuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar