Pengobatan yang Tepat untuk Diare
Vera Farah Bararah - detikHealth
img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Tidak semua obat-obatan diare cocok untuk menyembuhkan diare. Seseorang harus melihat dulu penyebab diarenya apakah akibat infeksi, gangguan makan atau akibat konsumsi antibiotik.
Dengan mengetahui penyebabnya maka penanganan diare bisa tepat sasaran. Obat-obatan yang bikin mampat diare belum tentu cocok jika diarenya akibat infeksi karena kotoran yang harus dikeluarkan jadi tertahan. Diare karena infeksi harus ditangani dengan antibiotik.
"Orang dikatakan diare jika frekuensi pengeluaran feses lebih sering dari biasanya, misal jika BAB sekali dalam sehari tapi yang terjadi lebih dari sekali, serta diikuti oleh perubahan konsistensi kotoran misalnya menjadi lebih encer atau cair dan kadang seperti air," dr Rino Alvani Gani, SpPD-KGEH saat dihubungi detikHealth, Kamis (6/10/2010).
Bagaimana mengetahui penyebab diare?
dr Rino menuturkan penyebab dari diare bisa bermacam-macam, sehingga penanganannya pun harus sesuai dengan penyebabnya. Penyebab dari diare bisa akibat infeksi, gangguan makan atau akibat konsumsi antibiotik.
1. Diare yang disebabkan oleh infeksi
Diare seperti ini biasanya diikuti dengan demam, kotoran yang keluar berlendir atau mengeluarkan darah yang menunjukkan adanya peradangan di dalam perut.
2. Diare akibat gangguan makan
Bisa terjadi karena alergi makanan atau makanan tidak tercerna dengan baik. Diare seperti ini tidak disertai demam, kotorannya encer dan tanpa disertai sakit perut.
3. Diare akibat penggunaan antibiotik
Diare seperti ini ada dua jenis yaitu ada yang disertai mulas karena antibiotik yang digunakan merangsang gerakan usus. Satu lagi diarenya berlendir jika penggunaan antibiotiknya sudah lama atau lebih dari 10 hari.
Dengan mengetahui jenis diare ini maka bisa diobati dengan tepat. Obat anti diare yang banyak dijual umumnya hanya boleh digunakan jika diare yang terjadi bukan akibat infeksi. Sebaliknya jika terjadi akibat infeksi maka membutuhkan obat antibiotik terutama jika infeksi bakteri atau parasit.
"Sebagian besar diare yang baru terjadi pada umumnya bisa sembuh sendiri. Tapi jika diare sudah berlangsung lebih dari dua minggu, maka sudah masuk ke dalam kategori diare kronik," ujar dr Rino.
Sementara Dr.H.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB,FINASIM menuturkan obat anti-diare memiliki fungsi yang berbeda-beda yaitu:
1. Obat diare ada yang memiliki fungsi memperlambat gerakan peristaltik usus, sehingga feses lambat keluar dan frekuensi buang air besarnya menjadi berkurang tapi terkadang bisa membuat perut menjadi kembung.
2. Obat diare yang berfungsi untuk mengeraskan feses, yaitu dengan cara menyerap zat-zat yang tidak berguna sehingga feses menjadi padat.
"Sedangkan obat antibiotik pada umumnya tidak hanya membunuh kuman yang jahat, tapi juga kuman-kuman baik yang ada di dalam perut. Karenanya jika digunakan terlalu lama bisa menyebabkan diare. Untuk mengatasinya bisa dengan cara memberikan probiotik yang berguna untuk menambah kuman-kuman baik di perut," ujar Dr Ari saat dihubungi detikHealth.
Menurut Dr Ari, jika diare hanya terjadi sesaat, setelah itu tidak diare lagi maka tidak memerlukan obat-obatan tapi perlu memperbanyak minum.
"Tapi kalau diarenya berlendir, mencret-mencert atau bahkan disertai dengan muntah, maka perlu obat-obatan," ujar Konsultan Penyakit Lambung dan Pencernaan, FKUI-RSCM.
Satu hal yang pasti adalah seseorang yang diare harus banyak mengonsumsi cairan agar tidak terjadi dehidrasi. Cairan yang paling baik untuk menggantikan cairan tubuh adalah oralit, karena oralit bisa menggantikan cairan tubuh dan juga elektrolit-elektrolit yang ikut hilang bersama feses.
Tapi oralit bukanlah obat diare, karena oralit hanya berfungsi untuk menggantikan cairan dan elektrolit di dalam tubuh. Tapi banyak yang beranggapan orat adalah obat diare sehingga banyak orang yang heran kenapa diarenya tidak sembuh-sembuh meskipun sudah minum oralit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar