Selasa, 11 Mei 2010

Aspartam oh Aspartam...

Aspartam oh Aspartam…

Pada suatu siang jam 15:49 15 Maret 2010, aku dapat sms sampai 4 biji dari kawan dekat aku sbb. : IKATAN DOKTER INDONESIA (IDI) : Saat ini sedang ada wabah pengerasan otak atau sumsum tulang belakang. Jangan minum produk: EXTRA JOSS, M-150, KOPI SUSU GELAS, KIRANTI, KRATINGDAENG, HEMAVITON, NEO HORMOVITON, MARIMAS, FRUTILLO, SEGAR SARI, POP ICE, SEGAR DINGIN VIT. C, OKKY JELLY DRINK, INACO, GATORADE, ADEM SARI, NATURADE GOLD, AQUA SPLASH FRUIT karena mengandung ASPARTAME (lebih keras dari Biang Gula) racun yang menyebabkan diabetes, kanker otak dan bisa mematikan sumsum tulang. Mohon diteruskan kepada orang-orang yang kita sayangi. Dr. H. ISMUHADI, MPH (0811-323601)

Woooooow ini berita mengagetkan saya karena saya suka minum XTRAJOSS dan KIRANTI eh salah… Saya coba meneliti di Google tapi e eh dapet kabar di detik.com beriktu kutipannya…

Senin, 29/03/2010 11:02 WIB
Advertorial
BPOM Menyatakan Aspartam Aman!
Advertorial - detikNews

Jakarta - Beberapa waktu lalu, masyarakat diresahkan dengan pemberitaan mengenai aspartam yang mengatasnamakan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) atau IDI (Ikatan Dokter Indonesia) melalui sms, e-mail, dan bbm blast. Berita tersebut adalah hoax (pemberitaan palsu) yang sengaja disebarkan dengan maksud dan tujuan tertentu. BPOM telah memberikan pernyataan bahwa Aspartam dikategorikan AMAN dan dapat dipergunakan untuk berbagai jenis makanan dan minuman.

Masyarakat diharapkan berhati-hati dan lebih bijaksana dalam menanggapi pemberitaan yang beredar, terutama yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Jangan gegabah untuk mempercayai dan menyebarkan berita palsu tersebut ke rekan-rekan Anda. BPOM menghimbau, jika Anda mendapatkan pemberitaan mengenai keamanan makanan, minuman dan obat-obatan, dapat menghubungi Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM terlebih dahulu, di nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau email ulpk@pom.go.id dan ulpkbadanpom@yahoo.com agar diperoleh klarifikasi yang sebenarnya.

Info lebih lengkap kunjungi website BPOM : http://www.pom.go.id/public/press_release/detail.asp?id=62

PRESS RELEASE

12 February 2010 (Produk Pangan > Umum)

Press Release Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia tentang Bantahan atas Berita terkait dengan Keamanan Aspartam
PRESS RELEASE
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
BANTAHAN ATAS BERITA TERKAIT DENGAN KEAMANAN ASPARTAM
Nomor: KH.00.01.1.0800
Jakarta, 12 Februari 2010

Sehubungan dengan maraknya berita terkait dengan bahaya penggunaan Aspartam, Badan POM memandang perlu memberi penjelasan sebagai berikut:
1. Sehubungan dengan adanya berita yang menyebar melalui pesan singkat/sms (short message service) mengenai bahaya penggunaan Aspartam yang disebutkan bersumber dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dengan ini diberitahukan bahwa sesuai dengan informasi dari Sekretaris Eksekutif – IDI bahwa IDI tidak pernah mengeluarkan pernyataan tentang hal tersebut.
2. Aspartam dikategorikan AMAN berdasarkan Keputusan Codex stan 192-1995 Rev. 10 Tahun 2009. Codex Alimentarius Commision (CAC) adalah Lembaga Internasional yang ditetapkan FAO/WHO untuk melindungi kesehatan konsumen dan menjamin terjadinya perdagangan yang jujur.
3. Dalam pengaturan Codex disebutkan bahwa Aspartam dapat digunakan untuk berbagai jenis makanan dan minuman antara lain minuman berbasis susu, permen, makanan dan minuman ringan.
4. Penggunaan Aspartam dalam makanan dan minuman sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat digunakan dengan batas maksimum penggunaannya masing-masing.
5. Dihimbau kepada masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM dengan nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau email ulpk@pom.go.id dan ulpkbadanpom@yahoo.com atau Layanan Informasi Konsumen di Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.
Demikian penjelasan ini kami sampaikan untuk dapat diketahui sebagaimana mestinya. (adv/adv)

Tak Perlu Khawatir, Pemanis Buatan Aspartam Aman Buat Tubuh
Nurul Ulfah - detikNews

Jakarta - Pesan ini sejak semalam berseliweran di antara pemilik Blackberry: "Saat ini sedang mewabah pengerusakan otak/sumsum tulang belakang. Jangan minum produk (merek-merek minuman yang populer di pasaran-red).....KARENA MENGANDUNG ASPARTAME/racun yg menyebabkan diabetes & bs mematikan."

Benarkah aspartam berbahaya? Jika Anda cermat melihat komposisi beberapa produk minuman, Anda akan menemukan kata aspartam di bagian kemasannya. Aspartam memang banyak digunakan dalam produk minuman sebagai pengganti gula sukrosa.

Di satu sisi, berbagai artikel, pengalaman pribadi dan golongan anti aspartam menghubungkan antara konsumsi aspartam dengan masalah kesehatan, mulai dari hiperaktif, pengerasan otak hingga impotensi. Di sisi lain, para ilmuwan dan peneliti melaporkan bahwa penggunaan aspartam baik-baik saja dalam dosis tertentu.

Untuk menanggapi kontroversi aspartam yang membuat teror di masyarakat, ada baiknya mengenal aspartam lebih dalam lagi.

Aspartam adalah pemanis buatan yang dihasilkan dari dua jenis asam amino dan metil alkohol. Aspartam punya kekuatan manis 160 hingga 220 kali lebih tinggi daripada gula sukrosa.

Penggunaan aspartam ditujukan untuk mengurangi jumlah kalori gula dan biasanya dipakai pada produk-produk diet atau untuk penderita dengan kebutuhan medis tertentu, seperti diabetes.

Gula sebenarnya tidak berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi dalam batas wajar. Satu sendok teh gula hanya menyumbang 16 kalori atau sekitar 67 kilojoule pada energi. Yang menjadi bahaya adalah jika seseorang mengonsumsinya dalam dosis berlebihan.

Tidak heran jika seseorang menyukai gula, karena secara genetik manusia memang terlahir untuk menyukai yang manis-manis. Untuk itulah pemanis buatan dibuat untuk mengantisipasi asupan gula (sukrosa) berlebih yang bisa mengakibatkan kerusakan gigi.

Aspartam adalah salah satu pemanis buatan yang dibuat untuk mengatasi solusi tersebut. Namun di balik sebuah inovasi, pasti ada kontroversi, begitu juga dengan aspartam. Beberapa badan kesehatan hingga saat ini masih mengklasifikasikan aspartam sebagai pemanis buatan yang aman.

Menurut American Dietetic Association (ADA), pemanis aspartam aman dalam jumlah tertentu seperti yang direkomendasikan Food and Drug Administration (FDA). Hasil riset yang dilakukan FDA menyebutkan, aspartam masih dalam batas aman untuk manusia jika konsumsi per harinya sebanyak 50 mg/kg berat badan.

Sementara itu, European Commission's Scientific Committee on Food (SCF) jauh-jauh hari pada tahun 1998 sudah menyatakan bahwa aspartam aman. Namun karena banyak isu miring yang menyatakan aspartam berbahaya, maka SCF melakukan analisis data terhadap 500 studi tentang aspartam yang pernah ada sejak tahun 1998 hingga 2001.

Hasil analisis SCF menunjukkan, aspartam tetap aman dan tidak ada bukti kuat yang mengharuskan mereka mencabut pernyataan sebelumnya. Berdasarkan Acceptable Daily Intake (ADI), asupan aspartam yang direkomendasikan SCF adalah 40 mg/kg berat badan.

Meski semua pakar kesehatan sudah menyatakan aspartam aman, mengapa publik masih menganggap aspartam berbahaya?

Hal itu karena salah satu asam amino dalam aspartam adalah phenylalanine dan beberapa orang di dunia ini terlahir dengan kondisi genetik yang disebut phenylketonuria (PKU).

Penderita PKU tidak bisa memetabolisme asam amino phenylalanine dalam tubuhnya. Hal itu membuat penderitanya akan mengalami gejala mual-mual, pusing dan lainnya saat mengonsumsi produk yang mengandung aspartam.

Untuk itu sebaiknya produk-produk yang mengandung aspartam diberi label 'mengandung phenylalanine' atau 'tidak disarankan untuk penderita phenylketonuria' untuk mengingatkan konsumen akan kandungan phenylketonuria yang bisa memicu ketidaknyamanan pada penderita PKU.

"Kontroversi ini akan terus terjadi jika publik tidak segera diberitahu. Publik harus menghormati studi panjang dan besar yang sudah dilakukan badan-badan kesehatan dunia. Mereka semua sepakat menyimpulkan bahwa aspartam aman untuk manusia, jadi tak perlu merasa khawatir atau takut berlebihan saat mengonsumsi produk yang di labelnya tercantum nama aspartam," ujar Dr Ingrid van Heerden seperti dilansir Health24, Kamis (11/2/2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar