Kekuatan Ganda
Atom kini memiliki dua inti. Menawarkan peningkatan kinerja yang signifikan, namun tetap dengan beberapa catatan.
Masa keemasan netbook akan segera berakhir? Terlalu dini untuk menyimpulkan. Namun tanda-tanda tersebut memang sudah ada. Riset yang dilakukan NPD mengenai perkembangan netbook di AS menunjukkan, tingkat pertumbuhan netbook tahun ini minus 4%, alias menurun dari angka penjualan tahun lalu. Ada banyak sebab yang ditunjuk, mulai dari kemunculan iPad sampai smartphone yang kian canggih. Namun ada pula yang menyebut satu masalah mendasar netbook: performanya yang tidak memuaskan. Semakin banyak orang yang memakai netbook, semakin banyak orang yang sadar netbook hanya cocok untuk aplikasi standar.
Bagi Intel, meningkatkan performa Atom memang seperti buah simalakama. Jika “terlalu” bagus, netbook dikhawatirkan akan memakan pasar notebook yang memberi keuntungan lebih besar. Namun jika terlalu lambat, netbook harus bersiap digerus produk lain. Alhasil, Intel pun harus teliti dalam membidik segmen di antara dua kepentingan tersebut. Performa Atom harus tetap memuaskan sebagian konsumen, namun tetap tidak sekelas dengan notebook “betulan”.
Langkah itu sudah terlihat saat Intel merilis Atom N450 awal tahun 2010 kemarin (InfoKomputer Maret 2010). Prosesor ini sebenarnya merupakan terobosan penting karena mengintegrasikan chip grafis ke dalam prosesor—mengikuti tren prosesor Intel kelas atas. Perubahan tersebut membuat Atom N450 lebih hemat energi, sehingga bisa bertahan sampai 7-8 jam di mode baterai. Namun kecepatan Atom N450 hanya 1,6 GHz, atau sama seperti prosesor Atom generasi sebelumnya. Belakangan, muncul Atom N475, namun kecepatannya pun hanya meningkat sedikit menjadi 1,83GHz. Alhasil, netbook berbasis Atom N450/N475 memberikan peningkatan signifikan di sisi durasi baterai, namun tidak di sisi performa.
Awal September ini, Intel kembali memperbarui lini prosesor netbook-nya dengan merilis Atom N550. Yang membuat prosesor ini istimewa adalah intinya ada dua dan tetap mendukung Hyper-Threading. Artinya, Atom N550 dapat mengerjakan 4 beban atau thread secara bersamaan. Tiap inti juga dibekali cache khusus sebesar 512MB, jadi total terdapat 1MB L2 cache. Sekadar mengingatkan, N450 mendukung Hyper-threading namun hanya memiliki satu inti dengan L2 cache 512MB saja. Atom N550 juga telah menggunakan memori DDR3 yang lebih hemat daya dibanding DDR2 yang digunakan N450.
Namun, seperti biasa, ada “tapinya”. Kecepatan Atom N550 hanya 1,5GHz, alias lebih lambat dibanding Atom N450. Selain itu, tidak ada perubahan radikal yang dilakukan Intel di Atom N550 ini. Atom N550 tetap bertipe in-order instruction, alias seluruh intruksi harus berjalan sesuai urutan. Atom N550 ternyata juga memiliki TDP 8,5 Watt, versus 6,5 Watt untuk Atom N475. Secara teori, TDP yang lebih besar membuat N550 lebih boros daya.
Apakah itu berarti netbook berbasis Atom N550 durasi pada mode baterai kan lebih singkat? Kalaupun iya, apakah sepadan dengan peningkatan kinerja yang terjadi? Dan pertanyaan paling mendasar, apakah netbook berbasis N550 menjadi pilihan terbaik saat ini? Nah, melalui netbook terbaru Acer Aspire One D255, sederet pertanyaan itulah yang kami coba jawab pada pengujian kali ini.
Tabel: Komparasi antar Atom
Secara arsitektur, tidak banyak yang berbeda antara Atom N550 dengan Atom generasi sebelumnya. Yang berbeda adalah penambahan inti, dukungan terhadap memori, DDR3, dan TDP yang lebih besar.
Prosesor
Atom N270
Atom N450
Atom N475
Atom N550
Rilis
Q2-2008
Q1-2010
Q2-2010
Q3-2010
Jumlah Inti
1
1
1
2
Jumlah Thread
2
2
2
4
Kecepatan
1,6GHz
1,66GHz
1,83GHz
1,5GHz
Cache
512MB
512MB
512MB
1MB
Max. TDP
2,5 Watt
5,5 Watt
6,5 Watt
8,5 Watt
Jenis memori
DDR2
DDR2-667
DDR2/DDR3
DDR3
Memori Maksimal
2GB
2GB
2GB
2GB
Grafik terintegrasi
Tidak
Ya
Ya
Ya
Yang Pertama
Salah satu filosofi dasar Acer adalah selalu terdepan menghadirkan teknologi terbaru, dan hal tersebut kembali mereka tunjukkan kali ini. Sesaat setelah Intel mengumumkan kehadiran Atom N550, Acer langsung merilis Aspire One D255 yang berbasis prosesor tersebut. Saat ini Anda sudah bisa mendapatkan netbook tersebut di pasaran dengan harga Rp.3 juta (Linux) dan Rp.3,7 juta (Windows 7 Starter plus Android). Yup, harganya memang tidak jauh berbeda dengan netbook berbasis N450 yang kini berada di kisaran harga Rp. 3,5 jutaan.
Secara desain, Acer Aspire One D255 memiliki desain yang mirip dengan generasi sebelumnya. Tengok saja bentuknya yang rapi dan tipis, dengan tebal kurang dari i inci alias 1,3cm (dalam keadaan terbuka). Hal ini menjadi catatan tersendiri karena TDP Atom N550 yang lebih besar seharusnya membuat sistem pendingin Acer D255 lebih rumit, yang berujung pada desain yang lebih bongsor. Apalagi, netbook ini menggunakan baterai berukuran 6-cell (4400mAh, 49Wh). Namun ternyata Acer berhasil merancang netbook ini dengan desain yang ramping dan bobot hanya 1,15 kg.
Bicara baterai, perhatian kami tertuju pada daya tahan pada mode baterai. Dengan TDP prosesor yang lebih besar, kami menduga daya tahan baterai netbook ini akan berada di bawah netbook berbasis Atom N450. Pada pengujian mode video (di mana kami memutar video HD secara terus-menerus), dugaan kami memang terbukti. Acer D255 “hanya” bertahan 3 jam 43 menit, kalah dari HP MiniNote 210 (4 jam 29 menit). Namun pada pengujian Battery Eater Text Mode (menjalankan teks secara terus-menerus), Acer D255 berhasil mencapai 8 jam lebih—lebih lama dibanding HP MiniNote 210 (lihat tabel).
Perlu kami garisbawahi kalau pada pengujian mode video, prosesor dari kedua netbook tersebut mencapai beban penuh. Pada kondisi maksimal tersebut, Atom N550 memang terbukti lebih boros daya dibanding tom N450. Namun pada pengujian Battery Eater yang lebih ringan, daya yang diserap Atom N550 relatif sama, tercermin dari durasi baterainya yang lebih awet.
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa durasi baterai Acer D255 akan terlihat pada aplikasi kelas berat. Namun pada aplikasi kelas ringan, Acer D255 tetap mempertahankan citra netbook yang awet.
Manfaat Dua Inti
Lalu, bagaimana efek keberadaan dua inti dari sisi performa? Seperti biasa, kami pun menjalankan aplikasi pengujian standar. Seperti dugaan awal, keberadaan dua inti akan jelas terlihat pada aplikasi yang multi-tasking seperti Sysmark 2007. Pada pengujian yang menggunakan berbagai aplikasi (Adobe Photoshop, Adobe Premiere, dan Flash) yang dijalankan bersamaan, performa Acer D255 terlihat lebih cepat.
Manfaat dua inti juga terlihat pada pengujian video encoding menggunakan aplikasi Microsoft Expression Encoder. Aplikasi ini mendukung multithread (alias satu aplikasi bisa dikerjakan bersamaan seluruh inti), sehingga terjadi peningkatan lebih dari 40%.
Namun pada aplikasi single-thread seperti DBPower Encoder (untuk encoding audio), kecepatan N550 yang lebih lambat akan terlihat. Seperti bisa Anda lihat di tabel hasil pengujian, performa Acer D255 lebih lambat dibanding HP MiniNote 210. Hasil serupa pun akan terlihat pada pengujian grafis menggunakan 3DMark 2006.
Namun perlu kami sebutkan pada pengujian mode video, Acer D255 berhasil memutar video 720p secara mulus. Masih ada sedikit terpatah-patah, namun jauh lebih mulus dibanding netbook berbasis Atom N450.
Cicipi Android
Secara fasilitas, Acer D255 relatif tidak jauh berbeda dengan netbook lain. Di sekeliling tubuhnya bertengger koneksi USB 2.0 (3 buah), Ethernet, slot memori, serta VGA-Out. Sedangkan di sisi koneksi nirkabel, netbook ini dibekali WiFi b/g/n tanpa Bluetooth.
Tanpa Android Market
Beginilah jendela aplikasi Android di Aspire One D255. Secara default aplikasi yang disediakan cukup banyak, sayang tanpa Android Market.
Namun ada satu fasilitas unik di netbook ini, yaitu Android. Ya, sistem operasi khusus smartphone tersebut ternyata telah ditanamkan di netbook ini. Fungsinya sebagai sistem operasi cadangan jika Anda malas masuk ke Windows 7 Starter Edition. Di dalamnya Anda akan menemukan aplikasi komputasi standar, mulai dari browser, chat, sampai email client.
Untuk masuk ke Android, durasinya hanya sekitar 10 detik. Setelah itu, Anda akan berhadapan dengan tampilan seperti Android di smartphone, lengkap dengan menu deretan aplikasi. Android pun tidak kesulitan dan menemukan jaringan WiFi di kantor kami, begitu pula dengan flashdisk yang kami tancapkan.
Meski begitu, ada beberapa hal yang agak mengganggu. Pertama, Acer tidak menyediakan tombol khusus untuk masuk ke Android. Jadi, kita tetap harus memencet tombol Power. Masalahnya, ketika ingin masuk ke Windows 7, kita harus menekan tombol F9 ketika StartUp. Jika lupa, sistem akan masuk ke Android, dan menghitung mundur 10 detik (atau bisa Anda atur). Jika Anda tidak menekan tombol apapun, sistem baru lanjut masuk ke Windows 7. Menurut kami prosedur ini agak merepotkan, karena membutuhkan perhatian dan waktu khusus untuk masuk ke Windows 7. Mengapa tidak terdapat dua tombol khusus untuk masuk ke Android dan Windows 7, sehingga lebih praktis.
Kami juga tidak melihat adanya Android Market di jendela aplikasi. Padahal, Android Market akan memudahkan kita mendapatkan aplikasi tambahan. Alhasil meski menarik, keberadaan Android di Aspire One D255 ini terasa kurang maksimal.
Kesimpulan
Jika berkaca ke hasil pengujian, terlihat kalau Atom N550 akan terasa manfaatnya jika Anda sering melakukan multitasking atau menjalankan aplikasi yang mendukung multithread. Pada kondisi tersebut, peningkatan performa yang terjadi bisa mencapai 40%. Sedangkan pada aplikasi singlethread, kecepatan Atom N550 yang lebih lambat akan membuat kinerjanya tertinggal sekitar 10%.
Berdasarkan fakta tersebut, menurut kami kehadiran Atom N550 cukup menyegarkan pasar netbook. Mayoritas dari kita melakukan banyak hal secara bersamaan—seperti mendengarkan musik sambil menjelajah internet—sehingga kehadiran Atom dua inti sesuai dengan karakter tersebut. Fakta lain yang menyenangkan adalah keberadaan ekstra inti tidak membuat prosesor ini boros listrik, tercermin dari performa netbook ini yang tetap mampu bertahan sampai 8 jam.
Kelebihan Atom N550 ini pun berpadu manis pada Acer Aspire One D255 ini. Meski menawarkan performa dan daya tahan baterai yang bagus, desain netbook ini tetap ramping dan tipis. Harganya pun tidak terlalu jauh dibanding netbook generasi sebelumnya. Jadi jika saat ini Anda mencari netbook, Acer Aspire One D255 adalah pilihan yang harus masuk daftar pertama. (Wisnu Nugroho)
Hasil Pengujian
Pada skenario multitasking (Sysmark 2007) atau aplikasi yang mendukung multithread (video encoding), kinerja Acer Aspire One D255 bisa lebih gegas sampai 40%. Namun pada aplikasi singlethread (audio encoding dan 3DMark 2006), kinerja Acer sedikit tertinggal.
Acer Aspire One D255
HP MiniNote 210
Sysmark 2007
42
38
Cinebench R10
925 CB-CPU
902 CB-CPU
Encoding Video
43 menit 56 detik
1 jam 17 menit 56 detik
Encoding Audio
10 menit 27 detik
9 menit 24 detik
3DMark 2006
153
162
Daya Tahan Baterai
Memutar HD Video
3 jam 43 menit
4 jam 29 menit
Battery Eater
8 jam 19 menit
7 jam 12 menit
Spesifikasi Acer Aspire One D255
Prosesor
Intel atom N550 (dua inti, 1,5GHz)
RAM
1 GB, DDR3-667 (1 dari 1 slot)
Harddisk
250 GB, 5400rpm
Fasilitas
WiFi a/g/n, Ethernet, card reader (4-in-1), USB 2.0 (3x), VGA-out, Webcam
Layar
10,1 inci, resolusi 1024x600 pixel
Sistem Operasi
Windows 7 Starter+Android
Baterai
49 Wh, 4400mAh
Dimensi/Bobot
25,9 x 18,5 x (2,5 - 3,1) cm
Bobot
1,15 kg
Garansi
1 tahun
Situs Web
www.acer.com
Harga kisaran*
Rp. 3,7 juta
*Acer Indonesia, (021) 574-5888
Tetap Tipis
Meski menggunakan prosesor yang lebih “panas”, Acer tetap berhasil merancang Aspire One D255 dengan desain yang tipis dan ramping.
Desain Chiclet
Di Aspire One D255 ini Acer kembali menggunakan desain chiclet seperti generasi sebelumnya. Desain tersebut membuat proses ketik-mengetik terasa nyaman meski kami mengharapkan tolakan tombol yang lebih mantap.
Ukuran Besar
Baterai berukuran kecil ini ternyata bertipe 6-cell, dan mampu bertahan sampai 7 jam ketika digunakan menjalankan teks.
Plus : Performa bagus; dapat memutar video HD dengan mulus; desain tipis; dilengkapi Android.
Minus : Harga sedikit lebih mahal; tanpa Bluetooth.
Skor Penilaian
- Kinerja : 4,7
- Fasilitas : 4
- Penggunaan : 4,3
- Harga : 3,75
- Skor total : 4,2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar