Jawabannya sih, tergantung dari orangnya masing-masing, pribadi per pribadi. Seseorang bisa tinggal serumah sama mertua bisa disebabkan oleh banyak hal. Kali ini, kita lihat mengenai pribadi pria yang hidup serumah dengan mertuanya. Penyebabnya bisa beberapa hal :
1. Karena permintaan ibu mertua atau bapak mertua yang menginginkan anaknya ikut menjaga rumah dan mengurus mereka kelak jika orang tua sudah tua dan tidak bisa berbuat apa-apa (bisa jadi sang istri merupakan anak tunggal)
2. Keinginan sang istri karena masih terlalu muda atau mungkin sang istri merupakan "anak mami" yang belum berani tinggal seatap dengan orang lain
3. Kondisi ekonomi yang menyebabkan suami terpuruk dalam hal bisnis sehingga tidak tahu harus tinggal dimana, dan kebetulan mertua (walaupun agak keberatan...) memperbolehkannya. Contoh kasus : Mas Slamet bekerja sebagai pengojek dan mempunyai beberapa langganan yang dia mesti antar mulai dari pagi, antar anak sekolah. Agak siang sedikit mengantar karyawan, seorang ibu yang trauma kecopetan di bus kota sampai berkali, mungkin pikirnya, "daripada kukasih si pencopet... mungkin ada baiknya kukasih tukang ojek ini jadi simbiosis mutualisma gitu...dia dapat duit dan saya aman sampai dikantor sampai on time.." Tetapi musibah terjadi, sang karyawan harus tudag luar kota, sang anak yang bersekolah ada bus antar jemput, lalu karyawan lain harus diPHK karena krisis global (yang krisis Amerika, koq orang Indonesia yang lugu dan polos ini bisa kena?...bingung deh?...) Jadilah seorang mas Slamet beserta anak dan istrinya kembali ke mertuanya karena sudah tidak sanggup bayar kontrakan yang sebulannya Rp. 500.000,- itu.
4. Faktor lain, bolehlah kita sebut faktor "x" yang kita tidak tahu karena tiap keluarga punya manajemen masing-masing..
Apalagi, seorang teman bilang "Kalau sampai saat ini kamu nggak pernah punya masalah sama mertua, ya sudah gabung saja.." Lho koq harus saya? Ya biarlah kita uji coba dulu. Tetapi ternyata enak juga, bukan enak dalam arti saya ongkang-ongkang kaki, justru lebih berat tetapi masih membawa wibawa keluarga juga orang tua. Belum tahu nih, jika ada pendapat berbeda, bisa jadi ada yang mengatakan , "Jadi ndak dewasa dong, kayak anak kecil disuplai terus (memangnya power supply apa?)..." atau mungkin "Malu ah sama teman-teman yang sudah bisa punya rumah sendiri..." atau "..." banyaklah yang berpendapat, ini Indonesia bung, bebas berpendapat, asalkan bukan SARA atau pornografi, betul khan?... Nanti disambung lagi....