Jumat, 30 Juli 2010

Mengurus Anak Juga Menjadi Ayah.

Mengurus Anak Juga Menjadi Urusan Ayah

Jakarta, Mengurus anak selalu identik dengan urusan perempuan atau kaum ibu. Padahal seharusnya mengurus anak adalah tugas dari kedua orangtuanya yang berarti melibatkan ayah dan ibunya.

Urusan seperti mempersiapkan makanan anak, mengganti popok, memandikan hingga masalah tumbuh kembang lainnya mayoritas hanya dilakukan oleh kaum ibu.

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar, S.IP pun menyindir bahwa sebenarnya ayah harus turut berperan dalam mengurusi proses tumbuh kembang anak.

"Urusan anak sebaiknya jangan hanya urusan ibu saja, tapi menjadi urusan ayah juga," ujar ibu menteri disela-sela acara Mother & Baby Fair di Balai kartini Jakarta, Jumat (30/7/2010).

Lebih lanjut Menteri yang akrab disapa Linda Gumelar ini mengajak masyarakat untuk membangun kesadaran sedini mungkin bahwa pemenuhan hak tumbuh kembang anak adalah suatu hal yang sangat penting.

Khususnya pada pengembangan anak usia dini yaitu sejak anak masih berada di dalam rahim ibunya sampai anak berusia sekitar 6 tahun. Tumbuh kembang anak ini nantinya akan menentukan derajat kesehatan, intelegensia, kematangan emosional dan juga spiritual dari si anak.

Selain itu berbagai temuan ilmiah juga mengungkapkan bahwa proses pertumbuhan sejak bayi masih di dalam rahim hingga 2 tahun kehidupan pertamanya merupakan tahap yang sangat kritis dalam perkembangan jaringan otaknya.

"Jika pada tahap tersebut kebutuhannya bisa terpenuhi dengan baik, maka anak akan bisa tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan karunia yang diberikan Tuhan," ungkapnya.

Saat ini akses bagi para orangtua untuk mendapatkan informasi sudah semakin mudah dan banyak. Sehingga orangtua bisa mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan mengenai proses tumbuh kembang anaknya dengan cepat.

Kenapa Perut Lapar Setelah Berenang

Kenapa Perut Lapar Setelah Berenang?

Jakarta, Berenang merupakan salah satu olahraga yang baik, karena melibatkan banyak otot dan organ tubuh. Namun sebagian besar orang akan merasa sangat lapar setelah melakukan olahraga ini padahal sebelumnya sudah cukup makan.

Rasa lapar yang muncul setelah berenang disebabkan oleh dua hal, pertama adanya perubahan suhu saat seseorang keluar dari kolam renang dan kedua akibat dehidrasi.

Air yang digunakan untuk berenang biasanya akan lebih dingin dibandingkan udara di sekitar. Merendam tubuh di dalam air yang dingin akan menurunkan suhu tubuh seseorang. Sehingga saat seseorang keluar dari kolam renang atau ke udara yang bersuhu lebih panas, tubuh akan berusaha untuk menormalkannya.

Dikutip dari That'sfit, Sabtu (31/7/2010), untuk menormalkannya dibutuhkan bahan bakar atau energi yang besar, karenanya tubuh akan mengirimkan sinyal rasa lapar sehingga seseorang akan makan dengan lahap setelah berenang.

Sebuah cara yang baik untuk mengatasi perubahan suhu di dalam tubuh ini adalah dengan melakukan beberapa peregangan ringan, berjalan cepat atau terkena air yang hangat.

Penyebab kedua yang harus diperhatikan adalah mengonsumsi cairan yang cukup setelah berenang. Beberapa orang terkadang tidak merasa rasa haus setelah berenang padahal saat berenang tubuh juga kekurangan air. Jika seseorang terus berenang tanpa mengonsumsi air sama sekali nantinya bisa memicu dehidrasi.

Setiap sel di dalam tubuh manusia membutuhkan air, seperti otot-otot memerlukan 75 persen air, paru-paru memerlukan 95 persen air, darah memerlukan 82 persen air dan tulang memerlukan 25 persen air. Ketika tubuh tidak memiliki air yang cukup, maka sistem tidak akan bisa bekerja secara optimal.

Cara terbaik untuk mengatasinya adalah sebaiknya mengonsumsi 500 ml air 20-30 menit sebelum berenang, minum 200-300 ml air setiap 10-15 menit berada di kolam renang dan mengonsumsi 500 ml air jika sudah keluar dari kolam renang. Hal ini juga membantu menstabilkan suhu tubuh dan menghindari dehidrasi.

Kamis, 22 Juli 2010

Maksud Hati Mengajarkan Pedidikan Seka, Ternyata Salah

Maksud Hati Mengajarkan Pendidikan Seks, Ternyata Salah

Banyak orangtua moderen saat ini yang mulai memberikan pendidikan seks pada anaknya sejak dini agar si anak paham

Kini yang mulai memberikan pendidikan seks pada anaknya sejak dini agar si anak paham. Namun yang terjadi banyak orangtua yang salah kaprah tentang pendidikan seks pada anak.

Yang banyak terjadi pendidikan seks yang diberikan orangtua sampai ke hubungan seksual karena maraknya informasi seks di media. Padahal yang lebih dibutuhkan anak adalah pengetahuan tentang jenis kelamin, apa fungsinya, bagaimana merawatnya dan melindunginya.

Pendidikan seks yang benar adalah mengajarkan dan memberikan informasi tentang masalah seksual dengan menanamkan moral, etika, komitmen agama agar tidak terjadi penyalahgunaan. Karena pendidikan seks merupakan cikal bakal dari pendidikan berkeluarga.

"Tapi saat ini banyak orangtua yang salah kaprah tentang konsep dari pendidikan seks. Seks itu artinya adalah jenis kelamin, jadi pendidikan seks adalah pendidikan tentang jenis kelamin dan bukan tentang hubungan seksual," ujar Sani B Hirawan, MPsi dalam acara konferensi Smart Parents Membantu Orangtua Gali Potensi Anak Pada Golden Periode di Annex Building Wisma Nusantara Complex, Kamis (22/7/2010).

Pendidikan seks tentang jenis kelamin ini juga penting agar anak terhindar dari pelecehan seksual karena orangtua mengajarkan bagaimana melindungi alat kelaminnya.

"Pendidikan seks dimulai sejak dini hingga seseorang menikah. Bagusnya pendidikan seks ini diberikan jika sudah terbangun dialog dua arah antara orangtua dengan anak, yaitu sekitar usia 2-3 tahun," ungkap psikolog dengan 3 orang anak ini.

Saat usia itu anak-anak dimulai dengan penyebutan alat kelamin yang benar, lalu dilanjutkan dengan fungsinya untuk apa. Jika anak sudah mengerti ajarkan bagaimana cara merawat dan memelihara alat kelamin.

Saat berusia remaja, maka pendidikan seks yang diberikan adalah untuk mengetahui bagaimana anak memahami tentang pubertas misalnya tentang mimpi basah, tumbuhnya jakun atau menstruasi untuk anak perempuan.

Saat berusia pranikah, baru pendidikan seks yang diberikan berisi tentang bagaimana melakukan hubungan seks yang sehat. Sedangkan untuk orang yang sudah menikah, maka pendidikan seks yang diberikan adalah bagaimana agar hubungan seks tetap berkualitas.

"Daripada anak mencaritahu sendiri, lebih baik kita atau orangtua yang memberitahu. Karenanya pendidikan seks sebaiknya dimulai sejak kecil sehingga nantinya tidak canggung lagi, terutama jika anak sudah remaja," ujarnya.

Tapi pemberian pendidikan seks ini juga banyak hambatan karena beberapa faktor seperti:

1. Budaya timur yang cenderung masih tabu dalam membicarakan tentang seks.
2. Ketidaktahuan orangtua untuk memulai dialog.
3. Adanya rasa malu dan juga canggung.
4. Belum memahami sepenuhnya mengenai manfaat yang diperoleh.
5. Bingung mengenai media atau materi yang akan diinformasikan.
6. Khawatir anak akan semakin tertarik dengan masalah seksual.